![]() |
Jajaran direksi Mutu Internasional |
JAKARTA (IndonesiaTerkini.com)- Pemerintah Indonesia bersama para pemangku kepentingan bersiap meluncurkan Bursa Karbon Indonesia (BKI), September 2023 mendatang. Bursa karbon adalah mekanisme yang mengatur perdagangan serta mencatat kepemilikan unit karbon sesuai dengan mekanisme pasar. Tujuan utamanya mengurangi jumlah emisi gas rumah kaca. Peluncuran BKI sudah ditunggu oleh perusahaan di bidang jasa pengujian, inspeksi dan sertifikasi atau testing, inspection, and certification (TIC) PT Mutuagung Lestari atau Mutu Internasional (Mutu) Tbk. Hal ini diungkapkan direksi perseroan dalam Public Expose IPO Mutu di Jakarta (13/07/2023), akan berfokus pada bursa karbon Indonesia yang baru akan diluncurkan September mendatang.
Direktur Mutu International Irham Budiman mengatakan, perseroan berpeluang besar memanfaatkan perkembangan pasar karbon karena potensinya sangat besar. Nilai perdagangan karbon di masa yang akan datang diperkirakan mencapai Rp8.400-an triliun. Menurut Irham, ke depan, sektor inilah yang akan terus dikembangkan oleh Mutu, termasuk mempersiapkan skema untuk masuk ke dalam ekosistemnya. Saat ini, tren green economy tidak hanya sebatas gas rumah kaca (GRK), melainkan juga berkembang memasuki ekonomi sirkular seperti water footprint, plastik dan lain-lain.
Irham melanjutkan, pihaknya melihat saat ini mulai tren tentang verifikasi dan validasi gas rumah kaca, kemudian ada pajak karbon, dan yang terbaru bursa karbon yang baru akan diluncurkan pada akhir kuartal ketiga tahun ini. Namun, sebelum tren tersebut masuk ke Indonesia, Mutu mengklaim sudah terlebih dahulu masuk ke sektor ini sejak tahun 2015. “Kami sudah memiliki pengalaman yang cukup panjang terkait dengan karbon. Hingga saat ini, Mutu sudah banyak memfasilitasi skema yang memang dipersyaratkan oleh negara-negara di Eropa, dan sudah menerbitkan ratusan sertifikat dengan skema International Sustainable Carbon Certification (ISCC),” ujar Irham.
Direktur Mutu International Sumarna menjelaskan, dari sisi kinerja keuangan, pihaknya mencatatkan performa yang solid hingga akhir tahun 2022. Hal ini terlihat dari realisasi pendapatan tumbuh signifikan yaitu mencapai Rp281,82 miliar di tahun 2022, naik 24,47% dibandingkan tahun 2021 yang tercatat Rp226,41 miliar. Laba tahun berjalan tahun 2022 juga melonjak 90,38% menjadi Rp36,78 miliar, dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp19,32 miliar. Selain itu, penjualan per segmen produk yang dihasilkan bertumbuh. Sepanjang tahun 2022 dibandingkan 2021, penjualan dari segmen Pengujian meningkat 32,46%, segmen Inspeksi naik 15,96%, dan segmen Sertifikasi 3,10%. “Kami optimistis dengan langkah-langkah strategis yang sudah ditetapkan, Perseroan akan melanjutkan pertumbuhan kinerja yang positif di tahun-tahun berikutnya. Optimisme ini sejalan dengan adanya perluasan peluang dari sektor-sektor baru yang akan dikelola oleh Perseroan ke depan, serta dukungan positif dari pemegang saham melalui proses penawaran perdana saham yang akan dilakukan,” kata Sumarna.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus menyiapkan penyelenggaraan bursa karbon untuk mendukung inisiatif Pemerintah menetapkan harga karbon dalam upaya mengatasi perubahan iklim. Penetapan harga karbon yang diinisiasi oleh Pemerintah dapat memberikan insentif untuk mengurangi emisi dan disinsentif bagi perusahaan yang memproduksi lebih dari batas yang ditoleransi.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar September 2022 lalu mengatakan dengan kondisi geografis Indonesia yang memiliki hutan tropis terbesar ketiga di dunia, Indonesia bisa memiliki banyak keuntungan dari perdagangan emisi karbon global. Dengan hutan tropis seluas 125 juta hektar, Indonesia diperkirakan mampu menyerap 25 miliar ton karbon, belum termasuk hutan bakau dan gambut, sehingga diperkirakan bisa menghasilkan pendapatan senilai US$565,9 miliar dari perdagangan karbon. "Di sinilah Indonesia dapat melangkah dan memanfaatkan keunggulannya sebagai pemimpin untuk menggunakan inisiatif bursa karbon dalam memberikan alternatif pembiayaan bagi sektor riil. Kita juga harus memastikan perangkat infrastruktur tidak hanya fit tetapi juga lengkap mulai dari infrastruktur primer, sekunder dan pasar sehingga dapat mendukung beroperasinya bursa karbon,” katanya. (sd)
Thanks for reading Garap Sektor Green Economy, Mutu Fokus di Bursa Karbon Indonesia. Please share...!