![]() |
PT Takeda Innovative Medicines menyelenggarakan talk show Cegah DBD bertajuk “Science Heroes – Pahlawan Cilik Cegah DBD" |
JAKARTA (IndonesiaTerkini.com)- Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli, PT Takeda Innovative Medicines menggelar talk show CegahDBD bertajuk “Science Heroes – Pahlawan Cilik Cegah DBD”. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian Festival Hari Anak yang diselenggarakan oleh KumparanMom pada 26–27 Juli 2025. Talk show tersebut bertujuan untuk mengedukasi orang tua dan keluarga mengenai bahaya dengue serta pentingnya langkah pencegahan menyeluruh demi melindungi anak-anak dari penyakit yang dapat mengancam jiwa.
Secara global, data menunjukkan bahwa selama 30 tahun terakhir, anak-anak mencatatkan insiden dengue yang lebih tinggi dibanding kelompok usia lain. Mereka juga mengalami angka Disability-Adjusted Life Years (DALYs) — tahun kehidupan yang hilang akibat kematian atau disabilitas — tertinggi dari seluruh populasi. Indonesia sendiri menempati posisi dengan beban DALYs tertinggi akibat dengue pada tahun 2021.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI), dalam tiga tahun terakhir (2021–2024), kelompok usia 15–44 tahun tercatat sebagai yang paling rentan terhadap infeksi dengue. Namun, kasus kematian tertinggi justru terjadi pada anak-anak dan remaja usia 5–14 tahun selama tujuh tahun terakhir. Fakta ini menempatkan anak-anak sebagai kelompok paling rentan terhadap dampak serius dengue.
dr. Atilla Dewanti, Dokter Spesialis Anak – Konsultan Neurologi, menegaskan bahwa dengue bukan penyakit musiman. “Virusnya ada sepanjang tahun dan bisa menyerang siapa saja, di mana saja, tanpa memandang usia atau gaya hidupnya. Gejalanya bisa mirip flu: demam tinggi mendadak, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri otot dan sendi, hingga ruam di kulit,” ujarnya.
Yang membuat dengue berbahaya adalah kemampuannya berkembang menjadi dengue shock syndrome (DSS) jika tidak dikenali dan ditangani sejak awal. DSS merupakan kondisi serius yang ditandai dengan perdarahan hebat dan penurunan tekanan darah secara drastis, bahkan bisa berujung fatal.
Lebih lanjut, dr. Atilla menjelaskan bahwa seseorang bisa terinfeksi dengue lebih dari sekali karena virus dengue memiliki empat serotipe berbeda (DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4). “Seseorang itu bisa terkena dengue lebih dari satu kali. Artinya, saat seseorang sembuh dari satu jenis virus dengue, dia hanya kebal terhadap serotipe itu saja. Kalau nanti terinfeksi dengan serotipe lain, risikonya justru bisa lebih berat. Itu yang menyebabkan infeksi kedua atau ketiga bisa jauh lebih parah dari yang pertama," katanya.
"Namun sayangnya, sampai saat ini belum ada obat khusus untuk mengobati dengue, karena pengobatan dengue lebih kepada untuk meredakan gejala,” dia menambahkan.
Karena belum ada obat yang bersifat kuratif, dr. Atilla menekankan pentingnya pencegahan, baik dengan menerapkan 3M Plus secara konsisten, maupun mempertimbangkan pendekatan inovatif seperti vaksinasi. Saat ini, vaksin dengue telah direkomendasikan untuk digunakan baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Tasya Kamila, public figure sekaligus ibu dua anak, turut membagikan pengalamannya dalam menghadapi ancaman dengue. “Saya punya dua anak kecil di rumah, dan jujur, dengue itu salah satu penyakit yang paling saya khawatirkan. Bukan hanya karena bahayanya, tapi juga karena kita nggak pernah tahu kapan atau dari mana virus itu datang,” ungkapnya.
Sementara itu, Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menyatakan bahwa partisipasi Takeda merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam upaya pencegahan dengue yang berkelanjutan, terutama bagi anak-anak sebagai kelompok paling rentan. “Itulah alasan kami di Takeda terus berkomitmen untuk mengambil peran aktif, tidak hanya lewat dukungan program, tetapi juga melalui edukasi berkelanjutan yang dapat menjangkau keluarga secara langsung,” ujarnya.
Sebagai perusahaan biofarmasi global asal Jepang, Takeda terus berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan (R&D) vaksin. Perusahaan juga menyatakan komitmennya sebagai mitra jangka panjang bersama para pemangku kepentingan — termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, akademisi, swasta, media, dan masyarakat—dalam mewujudkan target bersama: Nol Kematian Akibat Dengue pada tahun 2030. (ym)
Thanks for reading Takeda Ajak Orang Tua Jadi Pahlawan Cilik Cegah DBD. Please share...!