![]() |
Meygin Agustina, Managing Director HPE Indonesia |
JAKARTA (IndonesiaTerkini.com)- Di era yang semakin terkoneksi, tantangan pengelolaan sistem teknologi informasi kian kompleks. Ancaman siber meningkat, kebutuhan komputasi awan melonjak, dan efisiensi operasional menjadi prioritas utama bagi organisasi berbagai skala. Kondisi ini mendorong kebutuhan akan server yang andal, aman, dan berperforma optimal.
Meygin Agustina, Managing Director HPE Indonesia, mengungkapkan banyak organisasi masih terpaku pada pola pikir konvensional dan merasa nyaman dengan solusi lama. Tantangan lain adalah keterbatasan sumber daya manusia yang belum siap menghadapi disrupsi digital. Di Indonesia, ekosistem digital masih di tingkat menengah, berbeda dengan negara seperti Singapura yang sudah berada di level developer. "Kita perlu membangun ekosistem digital ini secara kolaboratif,” ujar Meygin, Selasa (9/7/2025).
Ia juga menekankan pentingnya adopsi teknologi strategis seperti komputasi awan, kecerdasan buatan (AI), dan kedaulatan data (data sovereignty) di semua sektor. Negara-negara maju seperti Eropa dan Singapura telah memiliki regulasi yang mendukung kedaulatan data, sementara Indonesia masih berada di titik kritis dalam menentukan arah pengembangan cloud, di tengah kekhawatiran soal keberlanjutan dan keamanannya.
Menjawab tantangan tersebut, HPE Indonesia meluncurkan delapan server terbaru dari lini HPE ProLiant Compute Gen12. Ditenagai prosesor Intel Xeon 6, server ini dirancang untuk kebutuhan pusat data dan komputasi edge. Dengan tiga pilar utama — secure, optimize, dan automatic — ProLiant Gen12 menawarkan sistem keamanan terdepan, performa tinggi untuk beban kerja kompleks, dan efisiensi pengelolaan melalui otomatisasi berbasis AI.
“Platform ini adalah jawaban untuk kebutuhan dunia hybrid, dengan solusi keamanan dan efisiensi yang tidak dapat dipenuhi oleh infrastruktur lama,” jelas Meygin.
HPE ProLiant Gen12 juga menetapkan standar baru keamanan server enterprise melalui teknologi HPE Integrated Lights Out (iLO) 7 yang dilengkapi secure enclave, prosesor keamanan khusus milik HPE. Fitur ini membentuk rantai kepercayaan menyeluruh dari chip hingga cloud. iLO 7 menjadi sistem pertama yang siap menghadapi tantangan kriptografi kuantum, sekaligus mengantongi sertifikasi FIPS 140-3 Level 3, standar tinggi dalam keamanan kriptografi.
Selain perlindungan digital, HPE memastikan keamanan fisik perangkat dan rantai pasok, termasuk layanan dekomisioning resmi untuk pemusnahan data saat perangkat dipensiunkan. Langkah ini dinilai krusial mengingat nilai kerugian akibat kejahatan siber global diperkirakan mencapai Rp10,5 triliun, termasuk serangan ransomware dan crypto attack yang menyasar infrastruktur TI dan rantai pasok bisnis.
“Pelaku usaha di semua sektor dituntut untuk terus berinovasi, namun tetap menjaga efisiensi biaya secara signifikan,” tegas Meygin. (ym)
Thanks for reading HPE Hadirkan Solusi Server ProLiant Gen12 sebagai Pilar Transformasi Digital Aman dan Efisien. Please share...!