Cegah Pasien ke Luar Negeri, Indonesia Didorong Jadi Pusat Layanan Jantung Regional

Presiden Direktur dan CEO Brawijaya Hospital Group, Devin Wirawan, CFA., menegaskan Indonesia bisa menjadi pusat layanan jantung regional di Cardiac Forum Jakarta 2025


JAKARTA (IndonesiaTerkini.com)- Cardiac Forum Jakarta 2025 memaparkan perkembangan mutakhir dalam penanganan penyakit kardiovaskular. Kegiatan ini juga bertujuan mendorong Indonesia menjadi pusat layanan jantung regional untuk mencegah pasien Indonesia ke luar negeri.

Presiden Direktur dan CEO Brawijaya Hospital Group, Devin Wirawan, CFA., menjelaskan, forum ini menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kualitas dokter Indonesia serta memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat kesehatan regional. “Tujuan kami adalah menyediakan ruang bagi dokter-dokter hebat Indonesia untuk bertumbuh, berinovasi, dan meningkatkan prestasi. Dengan kolaborasi dan forum seperti ini, kami ingin bukan hanya mencegah orang Indonesia berobat ke luar negeri, tetapi juga menarik pasien dari negara lain untuk berobat ke Indonesia,” jelas Devin pada Cardiac Forum Jakarta 2025.

Devin menegaskan bahwa banyak pasien yang tadinya ke luar negeri akhirnya berhasil ditangani oleh dokter-dokter lokal setelah sebelumnya gagal ditangani di luar negeri. Ia mencontohkan kasus pasien yang tidak berhasil ditangani di Malaysia namun pulih setelah ditangani oleh dr Yamin.

Karena itu, Brawijaya Hospital, kata Devin, tengah memperluas fokus untuk menjadi pusat layanan unggulan yang lebih komprehensif. BraveHeart menjadi salah satu layanan unggulan, didukung 15–20 dokter spesialis terbaik.

“Setelah membuka rumah sakit di Taman Mini, ke depan kami akan membuka 1–2 rumah sakit baru per tahun. Tugas kami adalah menyediakan fasilitas terbaik, meng-upgrade dokter-dokter kami, dan memperkuat kepercayaan masyarakat bahwa kualitas kesehatan di Indonesia tidak kalah dari luar negeri,” tambah Devin.

Teknologi Pemasangan Ring Mutakhir dan High Quality PCI

Simposium ini menghadirkan lima tokoh medis nasional. Mereka adalah Konsultan Senior Elektrofisiologi/Terapi Alat & Kardiologi Intervensi, Dr dr M Yamin, Sp.P, FACC, FSCAI, FAPHRS, FHRS; Konsultan Radiologi Intervensi, Dr dr Todung Donald Aposan Silalahi, SpPD, KKV, FINASIM, FICA, FAPSIC, FACC, FCAI; Konsultan Elektrofisiologi/Terapi Alat & Kardiologi Intervensi dr Simon Salim, Sp.PD-KKV, MKES, AIFO, FINASIM, FACP, FICA; Konsultan Bedah Kardiotoraks & Vaskular Dewasa dr Sugisman, SpBTKV (K), dan Konsultan Jantung Anak dr Anisa Rahmadhani, SpA(K).

Konsultan Cardiologi Intervensi Dr dr Todung Donald Aposan Silalahi SpPD, KKV, FINASIM, FICA, FAPSIC, FACC, FCAI menyoroti perkembangan High Quality PCI (Percutaneous Coronary Intervention) yang kini telah banyak tersedia di Indonesia, termasuk di Brawijaya Hospital. “Sekarang bukan hanya sekadar kateterisasi. Kita melakukan pemasangan stent dengan IVUS, FFR, rotablasi untuk kalsifikasi berat, hingga penggunaan stent berkualitas tinggi,” jelas dr Todung.

Salah satu kasus yang paling menantang adalah kronik total oklusi—sumbatan 100%. “Dengan alat yang lengkap, kami berhasil membuka sumbatan hingga 100% dan memasang stent,” tambahnya.

Dr Todung juga menyinggung bahwa masih banyak masyarakat yang berobat ke luar negeri hanya karena kurangnya informasi. Padahal, menurutnya, teknologi di RS Brawijaya, khususnya di Braveheart yang terletak di RS Brawijaya Saharjo, jauh lebih tinggi daripada rumah sakit di Penang, dan beberapa pasien bahkan kembali dari Penang setelah gagal dipasang ring.

Atrial Fibrillation: Penyakit Senyap Penyebab Stroke

Sementara itu, Konsultan Elektrofisiologi dr Simon Salim memaparkan secara mendalam terkait Atrial Fibrillation (AF), gangguan irama jantung yang sering tidak bergejala namun berisiko tinggi menyebabkan stroke.

AF sering tidak disadari. “Tidak semua yang merasa berdebar itu gangguan irama jantung, dan tidak semua gangguan irama jantung terasa berdebar,” ujar dr Simon.

AF paling banyak terjadi pada individu berusia di atas 40 tahun dan dapat disebabkan oleh faktor usia, tekanan darah tinggi, diabetes, obesitas, kurang olahraga, dan konsumsi alkohol.

“Risiko paling fatal yang paling berbahaya adalah stroke. AF meningkatkan risiko stroke hingga lima kali lipat,” jelas dr Simon.

Bisa Dikontrol Meski Sehat

Saat ini, Brawijaya telah menyediakan terapi terbaru seperti, Radiofrequency Ablation, Cryoballoon Ablation, Pulsed-Field Ablation (PFA) — teknologi terbaru yang lebih aman dan minim risiko cedera jaringan sekitar.

 “Dulu pasien berpikir ablasi harus ke luar negeri. Padahal alat dan prosedurnya sama persis di Indonesia, dan dokter-dokternya pun sudah training di luar negeri,” tambah dr Simon.

dr Simon juga mengimbau masyarakat untuk lebih peka terhadap irama jantung melalui cara sederhana seperti meraba nadi atau menggunakan smartwatch yang kini mampu mendeteksi aritmia.

Bila keluhan tidak menetap, pasien dapat menggunakan alat EKG 24 jam yang dibawa pulang untuk melihat detik yang sama antara keluhan dan irama jantung. (ym)

Labels: Kesehatan

Thanks for reading Cegah Pasien ke Luar Negeri, Indonesia Didorong Jadi Pusat Layanan Jantung Regional. Please share...!

Back To Top